Sabtu, 09 Oktober 2010

PENENTUAN STANDAR PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRIMER DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE

Torani. Vol. 3 Setember 2008. ISSN : 0853-4489

PENENTUAN STANDAR PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRIMER DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE
(The Determination of the Best Interval of Incubation Time in Measuring Primary Productivity in the Waters of the Spermonde Archipelago)

Rahmadi Tambaru1 & Muh. Farid Samawi1
1)Fakultas Imu Kelautan dan Perikanan, UNHAS Makassar

ABSTRAK
Penelitian ini betujuan menganalisa selang waktu inkubasi yang terbaik untuk pengukuran produktivitas primer dan menjadi petunjuk dalam pengukuran produktivitas primer perairan khususnya di perairan kepulauan spermonde. Hasil analisa penentuan selang waktu inkubasi yang terbaik dalam pengukuran produktivitas primer menunjukkan bahwa selang waktu inkubasi sangat mempengaruhi produktivitas primer, dan selang waktu inkubasi kedua dan ketiga adalah terbaik.

Abstract
The objectives of this research were to analyze the determination of the best interval of incubation time and to make the result of research as a guidance in measuring of primary productivity, especially in the waters of the spermonde archipelago. The best intervals of incubation time were obtained at the second and and third intervals of incubation time.

Key words : Selang waktu inkubasi (interval of incubation time), produktivitas primer (primary productivit)

PENDAHULUAN
Teknik pengukuran produktivitas primer fitoplankton, dilakukan dengan cara inkubasi sampel untuk menghitung besarnya produktivitas primer dalam suatu perairan. Namun dalam penentuan selang waktu dalam penginkubasian masih berdasarkan keinginan peneliti, sehingga hasil produktivitas primer dalam suatu perairan dihasilkan berbeda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.
Perbedaan selang waktu inkubasi akan memberikan hasil yang berbeda pada kandungan produktivitas primer perairan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Hal ini terjadi oleh karena belum ada penelitian tentang selang waktu yang terbaik dalam pengukuran produktivitas primer, sementara hal itu sangat penting diketahui dalam suatu perairan. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian ini akan diperoleh selang waktu yang terbaik, sehingga dalam pengukuran produktivitas primer didapatkan hasil yang lebih mendekati nilai kandungan produtivitas primer yang sebenarnya dalam suatu perairan.
Ketepatan penentuan besarnya kandungan produktifitas primer dalam suatu perairan dapat diperoleh apabila ada dasar dalam penentuan selang waktu inkubasi yang tepat, yang digunakan dalam pengukuran produktivitas primer. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka telah dilakukan penelitian menyangkut tentang hal tersebut. Hasil yang diharapkan adalah nantinya akan didapatkan selang waktu yang tepat dalam pengukuran produktivitas primer, dengan demikian besarnya produktivitas primer dalam suatu perairan didapatkan hasil yang lebih akurat.

Contact person : Dr.Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si.
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar 90245
Hp 081241288696



METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di perairan pulau Barrang Lompo Kota Makassar pada bulan Mei sampai dengan Desember 2002. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan pengamatan pendahuluan, dilakukan pada satu lokasi dengan empat kedalaman masing-masing 0 m, 5 m, 10 m, dan 15 m, yang masih dalam zona eufotik. Penetapan selang waktu inkubasi didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Tambaru (2000) yang mendapatkan waktu inkubasi terbaik jam 10:00-14:00. Untuk itu dalam penelitian ini telah dilakukan pada tiga selang waktu inkubasi yaitu Selang Waktu Inkubasi I (09:00-14:00), II (10:00-14:00), dan III (11:00-16:00).
Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan mengukur kandungan oksigen dalam botol terang-gelap setelah diinkubasi. Pengambilan contoh air dilakukan pada tiap kedalaman, kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol. Selanjutnya dilakukan pengukuran oksigen awal pada botol initial dari contoh air yang terambil, selanjutnya botol lainnya (2 botol terang dan 1 botol gelap) diinkubasi sesuai dengan waktu inkubasi pada tiap kedalaman. Dalam penghitungan produktivitas primer dilakukan berdasarkan metode yang dikemukakan oleh Umaly dan Cuvin (1988)
Analisis yang digunakan dalam penentuan selang waktu inkubasi yang terbaik dalam pengukuran produktivitas primer adalah menggunakan RAK (rancangan acak kelompok) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan, dilakukan analisis sidik ragam. Jika hasil sidik ragam memperlihatkan perbedaan, maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Selang Waktu Inkubasi Terbaik
Pengukuran kandungan produktivitas primer pada selang waktu inkubasi I didapatkan kisaran 15.63-28.98 mg C/m3/jam, selang waktu inkubasi II dengan kisaran 24.14-48.91 mg C/m3/jam, dan selang waktu inkubasi III dengan kisaran 21.53-46.30 mg C/m3/jam (Tabel 5 dan Gambar 2). Dari hasil tersebut terlihat bahwa kandungan produktivitas primer tertinggi didapatkan pada selang waktu inkubasi kedua pada setiap kedalaman diikuti selang waktu inkubasi ketiga, selanjutnya selang waktu inkubasi pertama.
Penentuan selang waktu inkubasi yang terbaik dalam pengukuran produktivitas primer dapat dilihat pada analisa sidik ragam Lampiran 1. Hasil analisa tersebut memperlihatkan bahwa selang waktu inkubasi sangat mempengaruhi kandungan produktivitas primer di perairan Pulau Barrang Lompo. Selanjutnya untuk melihat selang waktu inkubasi yang terbaik dilakukan uji Beda Nyata terkecil (BNT) (Lampiran 2). Hasil pengujian tersebut memperlihatkan bahwa selang waktu inkubasi yang terbaik didapatkan pada selang waktu inkubasi II dan III, selanjutnya selang waktu inkubasi I.
Tingginya kandungan produktivitas primer pada selang waktu inkubasi II disebabkan karena pemanfaatan cahaya yang lebih baik. Intensitas cahaya pada selang waktu inkubasi tersebut oleh fitoplankton secara optimal digunakan dalam proses fotosintesis. Di samping itu, pada selang waktu inkubasi tersebut sudut datang cahaya semakin besar dan dalam selang tersebut mencapai puncak penyinaran dengan sudut datang maksimum antara jam 12:00 sampai 13:00 (Tambaru, 2000). Seiring dengan semakin besarnya sudut datang cahaya matahari, menyebabkan cahaya matahari semakin kuat dan besar masuk kedalam perairan. Intensitas cahaya yang sampai kepermukaan berpenetrasi kuat sampai kedalam kolom air oleh karena sudut datangnya yang lebih besar, menyebabkan intensitas lebih banyak masuk kedalam perairan, dan sebaliknya (Parsons et al., 1984; Sumich, 1992).

Tabel 5. Produktivitas primer pada masing-masing selang waktu dan kedalaman
inkubasi Di perairan Pulau Barrang Lompo

Selang Waktu Inkubasi Kedalaman (m) Produktivitas Primer
(mg C/m3/jam)
I 0 28.98
5 20.84
10 15.63
15 15.63

II 0 47.61
5 48.91
10 37.15
15 24.14

III 0 40.36
5 46.30
10 33.95
15 21.53


Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pemanfaatan cahaya yang semakin besar oleh fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis. Selanjutnya, dalam hal penyesuaian cahaya dalam melakukan aktifitas oleh fitoplankton pada selang waktu inkubasi kedua telah tercapai, hal ini disebabkan karena penyesuaian tersebut telah berlangsung pada saat matahari mulai ada sejak jam 06.00 pagi. Dengan demikian intensitas cahaya yang ada secara keseluruhan dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Kondisi ini terjadi pula pada selang waktu inkubasi ketiga.
Pada selang waktu inkubasi ketiga, penyesuaian akan intensitas cahaya juga telah tercapai. Dengan demikian keseluruhan cahaya yang ada semuanya digunakan dalam proses fotosintesis. Di samping itu, pada selang waktu inkubasi tersebut juga mendapatkan penyinaran maksimum seperti pada selang waktu inkubasi kedua dalam artian intensitas cahaya yang ada mencapai puncak penyinaran (12:00-13:00). Hal ini berati bahwa intensitas cahaya yang masuk ke perairan sangat besar, dan tentunya sangat berpengaruh terhadap aktifitas fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis. Selanjutnya, pada Tabel 5 memperlihatkan ada penurunan kandungan produktivitas primer bila dibandingkan dengan selang inkubasi kedua. Hal ini dapat dimengerti oleh karena dalam selang waktu tersebut terjadi penyinaran yang semakin berkurang setelah mencapai puncak sekitar jam 12.00-13.00. Penurunan intensitas cahaya ini tentunya berpengaruh terhadap aktifitas fitoplankton, dan secara langsung berpengaruh terhadap besarnya nilai produktivitas primer. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Nybakken (1988) bahwa laju produksi primer akan menurun bila intensitas cahaya juga menurun. Namun, penurunan kandungan produktivitas primer ini belum memberikan pengaruh yang menyolok, dalam artian bahwa perbedaan kandungan yang diperoleh pada selang waktu inkubasi II setelah dilakukan pengujian ternyata tidak berbeda nyata (Lampiran 2). Selanjutnya, bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada selang waktu inkubasi I, hasil yang diperoleh masih lebih baik baik.
Selang waktu inkubasi I merupakan selang waktu inkubasi yang memberikan hasil lebih rendah dari waktu inkubasi yang lain. Hal ini diduga pada waktu inkubasi tersebut, fitoplankton baru melakukan taraf penyesuaian dengan kondisi intensitas cahaya yang baru masuk ke perairan (pagi hari). Jenis-jenis fitoplankton saat itu baru melakukan penyesuaian ke lapisan air di mana intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya, sebagaimana yang dikatakan oleh James et al. (1990 dalam Samawi, 2000) bahwa intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam migrasi vertikal organisme plankton. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jeffries dan Mills (1996 dalam Effendi, 2000), bahwa intensitas cahaya sangat berpengaruh pada tingkah laku organisme akuatik. Algae planktonik memperlihatkan respon terhadap intensitas cahaya yang ada, oleh karenanya melakukan pergerakan vertikal pada kolom air (Valiela, 1984). Periode penyesuaian ini menyebabkan aktivitas fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis belum berjalan secara optimal, dan hal inilah yang menyebabkan kandungan produktivitas primer pada selang waktu inkubasi I lebih rendah dari selang waktu inkubasi II dan III.

KESIMPULAN
Pengaruh selang waktu inkubasi terhadap produktivitas primer di perairan pulau Barrang Lompo sangat berbeda nyata. Selang waktu inkubasi yang terbaik untuk pengukuran produktivitas primer adalah antara jam 10:00-14:00 (selang waktu inkubasi II)dan 11:00-16:00 (selang waktu inkubasi III).

Daftar Pustaka
Arinardi, O. H., Trimaningsih dan Sudirjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mackenthum, K. M. 1969. The Practice of Water Pollution Biology. United States Department of Interior, Federal Water Pollution Control Administration, Division of Technical Support.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa: M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen dan M. Hutomo. Gramedia, Jakarta.
Parson, T. R., M. Takashi and B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third Edition. Pergamon Press, Offord-New York-Toronto-Sydney-Paris-Frankfurt.

Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. AIT, Bangkok.

Raymont, J. E. G. 1963. Plankton and Productivity in the Ocean. Mc Millan Co., New York.

Samawi, M. F. 2000. Hubungan antara Struktur Komunitas dan Biomassa Fitoplankton dengan Hara Nitrogen-Fosfor pada Berbagai Ekosistem Pantai Pulau Bone Batang. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumich, J. L. 1992. An Introduction to The Biologi Marine Life. Fifth Edition. WCB WM.C.Brown Publisher.

Swingle, H. S. 1968. Standardization of Chemical Analyses for Water and Pond. FAO World on Warm-Water Pond Fish Culture. FAO Fisheries Report 44 (A):397-421.

Tambaru, R. 2000. Pengaruh Intensitas Cahaya Pada Berbagai Waktu Inkubasi Terhadap Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Teluk Hurun. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Umaly, R. C. and L. A. Cuvin. 1988. Limnology:Laboratory and Field Guide Physico-Chemical Factors, Biology Factors. National Book Store Publ., Manila.
Valiela, I. 1984. Marine ecologycal processes. Springer-Verlag. New York.

Widjaja, F., S. Suwignyo, S. Yulianda, dan H. Effendi. 1994. Komposisi Jenis, Kelimpahan dan Penyebaran Plankton Laut di Teluk Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Bogor.


Lampiran 1. Analisa Sidik Ragam
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 5023.953 11 456.723 16.538 .000
Intercept 36295.965 1 36295.965 1314.297 .000
SELANG 2465.263 2 1232.632 44.634 .000
KDLM 2128.729 3 709.576 25.694 .000
SELANG*KDLM 429.961 6 71.660 2.595 .044
Error 662.790 24 27.616
Total 41982.708 36
Corrected Total 5686.743 35

Kesimpulan : Selang Waktu Inkubasi berpengaruh terhadap Produktivitas Primer.

Lampiran 2. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Penentuan Selang Waktu Inkubasi Terbaik
VARIABEL TAK BEBAS : Produktifitas primer Bersih
VARIABEL BEBAS : Selang Waktu Inkubasi
Mean Difference Std. Sig.95% Confidence Interval
(I-J) Error
(I)SELANG (J)SELANG Lower Bound Upper Bound
I II -19.1817* 2.1454 .000 -23.6095 -14.7538
III -15.2658* 2.1454 .000 -19.6937 -10.8380
II I 19.1817* 2.1454 .000 14.7538 23.6095
III 3.9158 2.1454 .080 -.5120 8.3437
III I 15.2658* 2.1454 .000 10.8380 19.6937
II -3.9158 2.1454 .080 -8.3437 .5120

Pada interval 95 %
Kesimpulan : Urutan Selang Waktu Inkubasi yang terbaik adalah Selang Waktu Inkubasi II (10.00-14.00) dan III (11.00-16.00), lalu Selang Waktu Inkubasi I (09.00-14.00).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar